Its is me, Ariesi!, and story of my life.
Jatuh itu mudah, bangkit itulah yang susah.
Tetapi, proses diantara sudah jatuh lalu beranjak ingin bangkit lagi itulah yang paling susah.
-----------
Dulu aku adalah sorang anak yang normal, normal dalam artian normal tanpa kekurangan fisik apapun. Tapi kenormalan ku tidak bertahan dengan lama.
Waktu aku bayi, ibuku bilang aku pernah terkena flu berkepanjangan,terus flu itu dikira akan cepat berhenti tapi nyata nya tidak. Karna kondisi ekonomi yang pas-pasan terpaksa aku hanya diobati alakadarnya dan akhirnya flu ku itu berhenti juga, walaupun dalam waktu lama.
Nah terus waktu aku balita seingatku, aku suka jatuh. Jatuh itu pun menyebabkan kepala ku terus terbentur, gak di tembok mau pun lantai. Waktu di Sekolah Dasar aku kadang gak denger bunyi orang manggil aku, tapi itu emang wajar karna aku emang gak tahu ada yang manggil aku. Kelas 5 SD aku udah ngerasa aneh sama diri ku sendiri, "kok aku kadang nggak denger ya ?", tapi aku tidak terlau mempermasalahkan karna memang bukan masalah bagi ku bahkan,orang tua,dan teman-teman ku waktu itu.
Kejadian itu juga berlanjut seiring aku memasuki bangku SMP. Kalo waktu SMP aku lebih kerasa,apalagi orang tua ku sudah merasakan hal aneh pada pendengaran anaknya sendiri. Mulai dari di panggil kadang nggak nyaut, diajak ngomong juga kadang gak nyambung. Gak hanya itu teman-teman di kelas juga merasakan keanehan ku itu. Dalam bahasa bali, aku boleh dikatakan "prereng" tapi gak bisa di bilang tuli karena aku emang nggak terlalu dengar pada level ringan.
Skip. Nah, waktu liburan smt 2 kelas 2 SMP aku pernah operasi karena aku memiliki penyakit amandel. Selesai operasi pendengaran ku itu pun agak sedikit berkurang. Dan karena itupun aku langsung diajak ke Dokter THT. Hanya melakukan pemeriksaan keadaan telinga dari luar saja tanpa memncoba melakukan pengecekan dengan audiogram maupun pemeriksaaan lainnya.
Waktu ditanya-tanya pun aku menyahut sesuai pertanyaan sang dokter, karena aku memang mencoba untuk memfokuskan apa yang aku dengar agar aku tidak dinyatakan beneran tuli (sebenernya takut dibilang ada kelainan terus langsung dipakek in alat bantu dengar). Jadi kesimpulan dokter itu bilang telinga ku tidak ada masalah dan baik-baik. Aku hanya prereng saja. Dari kesimpulan itu aku bisa bernafas lega mendengarnya. Padahal saat itu ada pertanyaan yang aku jawab bohong. Mengenai kepastian telingaku, apakah aku kurang mendengar dengan baik? aku jawab tidak. Jujur aku begitu karena takut. Takut akan memakai alat bantu dengar.
Pas kelas 2-3 SMP itu merupakan hari-hari yang kulalui seperti neraka. Semakin bertambah hari, aku benar-benar merasakan pendengaranku berakurang sedikit-dikit. Ada saatnnya aku kadang tidak mendengar kan yang kadang teman-teman ku bilang. Bahkan guru harus memanggil nama ku lebih dari 2kali biar aku dengar.
Bahkan setiap hari aku harus mendengarkan bully-an mereka tentang diriku. Mulai dari bully-an,dikucilkan,sindiran, dipermalukan, bahkan pernah di bilang "virus berjalan","kuman" entah apalagi aku nggak dengar. Dan yang paling menyakitkan adalah nama ku ditambahkan embel-embel "tuli". Hanya bisa diam saat mereka mem-bully ku, karna aku memang pribadi yang pendiam bahkan aku juga bisa dibilang sulit bergaul. Tapi jika bully-an itu memang sangat menyakitkan maka aku hanya bisa menangis diam-diam di kelas ditemani sahabat-sahabatku yang mengerti dan kasihan dengan ku.
Aku tidak menyalahkan mereka-mereka yang membully ku, karnaaku menyadari apa yang mereka bilang adalah sesuai dengan faktanya yang sebenarnya jadi aku hanya bisa diam dan tidak membalas perkaatan mereka. Tapi aku mencoba menghibur diriku sendiri bahwa aku tidak tuli seperti yang mereka kira, jika aku tuli maka aku tidak akan mendengar suara tapi nyatanya aku masih bisa mendengar suara. So, aku cuma mengambil kesimpulan pada diriki aku hanya sekedar prereng saja.
Pernah pada saat Ujian Praktek bahasa inggris aku dipermalukan oleh teman-teman sekelas,dipermalukan dalam arti aku ditertawai sampai membuat guru pengajar pun ikut tertawa karna aku salah atau lebih tepatnya tidak nyambung saat menjawab pertanyaan yang ditanyakan secara mendadak oleh guruku. Dan sejak itu aku menyadari bahwa aku sangat lemah dalam Listening English.hal tersebut membuat aku nge-down, menjadikan nilai mapel bahasa inggris di UN menjadi nilai terendah diantara keempat mapel dalam hasil nilai UN ku.
Dan dibangku SMA kelas 10,penderitaanku masih belum berhenti. Semakin hari pendengaran ku semakin berkurang. Dengan orang baru dan suasana baru yang membuatku terasa asing karena aku merupakan tipe orang yang tidak bisa bergaul. Tapi dewi fortuna memihak kepada ku,aku jadi bisa memiliki teman karena aku masih memiliki sahabat yang waktu smp yang satu sekolah bahkan sekelas dengan ku. Tapi tetap tidak bisa menghilangkan pribadiku yang pendiam ini. Karena aku trauma dengan kejadian waktu SMP, menjadikan aku lebih pendiam lagi, aku hanya bisa diam menyimak dan tidak terlalu aktif di kelas.
Terkadang orang-orang orang baru sudah merasakan keanehan pada pendengaranku dan itupun semakin membuatku tertekan akan ketakutan, takut jika aku akan dibully lagi. Tapi mereka tidak membully mereka hanya ilfeel pada ku, dan itu merupan masalah baru lagi bagi ku. Karena tidak juga terima akan perlakuan orang kepadaku,aku hanya bisa menangis setiap malam sendirian dikamar, karena terus mengingat kejadian buruk yang telah kualami itu terutama kejadian waktu aku smp yang membuat awal traumaku muncul. Trauma karena ketakutan dengan orang baru karena aku takut orang baru itu tidak mau menerima keadaanku ini dan itu pun menyebabkan aku pesimis dalam segala hal.
Karna stres dan down menyebabkan prestasi menjadi lebih menurun, meskipun masih pada 10 besar yaitu mendapatkan rangking 10 di semester 1 kelas 10. Itu semakin membuatku down, ditambah lagi persaingan dalam belajar dikelas tidaklah mudah bagiku.Meskipun masih nge down,tetapi itu tidak mengurangi semangat belajarku, aku masih bisa semagat untuk belajar di sekolah maupun di tempat bimbel. Agar mendapatkan peringkat lebih tinggi lagi disela pendengaranku yang mulai berkurang.
Karena ibu ku yang selalu setia mendengarkan curhat ku tentang keluh kesah ku di sekolah maupun tentang pendengaranku yang mulai berkurang dengan sebenarnya. Akhirnya ibuku memutuskan ayahku untuk mencoba chek up telinga ku lagi.
Akirnya ayahku menemukan tempat praktek seorang Dokter Spesialis Telinga. Dan yang benar saja setelah aku melalui segala pemeriksaan yang rumit, akhirnya aku divonis memang telah tidak biasa mendengar sebagian suara pada kedua telingaku. Beliau menyatakan bahwa penyebabnya adalah karena kerusakan pada telinga dalamku terutama pada saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak (penurunan fungsi pendengaran sensorineural). Dan jika aku simpulkan sendiri mungkin karena waktu kecil kepala ku ini sering terbentur karena jatuh, dan kata om dokter itu juga bisa menjadi salah satu faktor penyebabnya. Dari penjelasan om doker itu menyuruhku untuk memakai alat bantu pendengaran karena ketidakpendengaran ku ini suadah berada pada level berat (70 db) karena seiring bertambahnya usia. Penjelasan tersebut membuatku shock dan aku menangis karena ketakutan ku langsung muncul, takut akan bully-an lagi jika menggunakan alat itu. Dan setelah om dokter itu memberikan ku motivasi dan akhirnya aku menyesetujui memakai alat bantu.
Setiap hari aku selalu menutupi alat itu dengan rambutku jika di luar rumah karena aku malu dan takut jika di bully, serta takut tidak ada yang mau menerima keaadan ku ini. Dengan kondisi ku yang seperti ini menyebabkan aku pada akhirnya menjadi orang yang tertutup sampai sekarang. Bahkan bisa dibilang aku adalah orang introvert.
Aku bersyukur bisa mendengarkan kembali layaknya seperti orang normal. Dan aku tidak lupa bangkit kembali, seperti bangkit dari kesalahan fatal yang aku buat dalam bidang akademik. Dan pada akhirnya sampai sekarang aku berhasil mendapatkan rangking 6 bahkan masuk lima besar dengan rangking 5, biarpun itu belum seberapa bagi ku tapi aku akan terus meningkatkan prestasi ku.
Dengan keadanaanku yang sudah mendengarkan dengan normal meskupun berkat alat bantu dengar, sekarang sudah tidak ada lontaran bully-an dari orang lain meskipun tidak ada yang mengetahui kekurangan ku sebagai tuna rungu.
Masa dimana aku seharusnya mencari banyak teman, menikmati indahnya cinta monyet, jalan-jalan ke tempat yang seru, dan hal menarik lainnya. Tetapi aku hanya bisa meratapi nasib dan selalu intospeksi serta selalu membatasi diri agar tidak melewati zona nyamanku. Hal tersebut tidak membuatku semakin tertekan itu justru memberikan kenyamanan tersediri.