Bentakan atau Dibentak - kisahku
Apa yang kamu pikirkan pertama kali tentang "bentakan" ? Kemarahan ? Kekesalan ? Atau hal yang biasa aja ?
Terus bagaimana kalau tentang "orang yang dibentak" ? Kasihan ? Keheranan ? Atau orang yang bodoh ?
Bentakan merupakan suatu sikap yang wajar apabila seseorang sedang mengalami emosi yang buruk, dan emosi itu di salurkan atau di keluarkan lewat suara kemudian dilampiaskan kepada individu yang bersangkutan yang telah membuat emosi seseorang menjadi buruk.
Tapi bagaimana definisi "bentakan" bagi orang yang tidak tau apa-apa bahkan bukan dalam keadaan salah tetapi telah dibentak ?
Ini tentang hidup, dan pula tentang artinya suatu perasaan yang tidak mengenakan. Tapi mungkin sebagian orang menganggap hal ini biasa saja.
Ini terjadi ketika aku datang ke puskesmas sendirian sehabis permisi dari sekolah untuk memeriksa telinga kanan bagian dalam seperti tersumbat. Ini merupakan pertama kalinya aku pergi ke dokter tanpa dampingan seseorang. Awalnya aku di jemput oleh Ayah ke sekolah hanya diajak permisi saja, karna ada keperluan mendesak pula Ayah hanya bisa menjemputku saja ke sekolah. Dan untuk mengantarku ke puskesmas beliau tidak bisa mendampingiku. Aku maklumkan itu, dan aku juga tahu bahwa aku ini sudah besar sudah sepantasnya untuk mandiri.
Sampai di puskesmas aku merasa mulai khawatir karena takut bahwa hal-hal buruk akan terjadi pada diriku saat akan berinteraksi sendiri dengan dokter. Biasanya aku jika tidak sendiri, Ayah atau Ibu lah yang akan menjadi penerjemah keluhanku jika pergi ke dokter. Bukannya aku tidak mau bicara, aku hanya takut salah dengar tentang apa yang ditanyakan dokter dan menyebabkanku salah bicara. Meskipun aku sudah memakai sepasang alat bantu dengar di kedua telingaku, tapi kesalahan mendengar sebab terlalu gugup tidak bisa kuhindari dengan mudah.
Setelah namaku dipanggil, aku langsung beranjak berjalan menuju ruangan Poli Umum. Dengan seragam sekolah yang masih lengkap, penampilan terlihat kusam tidak sesegar seperti pagi hari, serta kegugupan melanda makin besar. Setelah aku masuk dan duduk di depan meja Dokter THT aku langsung mengajukan keluhanku bahwa telinga seperti tersumbat sesuatu menyebabkan pendengaran telinga kananku lebih kecil nyaris seperti tidak mendengarkan apa-apa padahal sudah memakai ABD (alat bantu dengar). Terlihat seorang perawat perempuan yang mendampingi dokter THT ini juga ikut menyimak pembicaraanku.
Dan kekhawatiranku pun menjadi kenyataan, tampak mulai tidak mendengar jelas pertanyaan si dokter. Terlihat wajah si dokter dan perawat mulai kesal. Dan perawat itu pun mulai menanyakan ulang perkataan si dokter dengan intonasi agak tinggi kepadaku. Menurutkan itu seperti membentak. Dan saat setelah membentak, aku seperti ingin menangis langsung disana.
Aku yang tidak suka dibentak, dibentak karena tidak ada salah. Padahal aku sudah bilang keluhanku dan bilang keadaanku yang sebenarnya bahwa aku kurang pendengaran (hard of hearing) dan aku juga sempat melepaskan ABD telinga kananku. Tapi seakan perawat itu tidak mendengarnya. Si dokter saja tidak membentakku padahal ia yang bertanya.
Aku mati-matian menahan air mata saat pemeriksaan berlangsung. Masih terus tergiang-giang bentakan perawat perempuan itu beberapa menit yang lalu. Sakit rasanya dibentak seperti itu, karena memang tidak suka di bentak. Hati lebih berkuasa dari pada logika saat itu.
Di sisi satu sisi aku membenarkan sikap perawat itu, karna aku tidak mendengar jelas perkataan si dokter makannya si perawat mengukang pertanyaan dokter dengan meninggikan suaranya. Tapi di satu sisi juga aku menyalahkan sikap perawat itu, seharusnya saat ia meninggikan suaranya ia tidak perlu memasang muka kesal seperti itu seakan aku ini memang sengaja tidak mendengar. Padahal sudah jelas-jelas aku check-up kesini karena telinga kananku tidak mendengar dengan baik. Dan aku seperti orang yang salah karena telah menjadi manusia yang kekurangan pendengaran.
Setelah melakukan pemeriksaan, telinga kanan setelah diperiksa memang ada yang salah. Penyebabnya karena telinga bagian dalamku sedikit lecet dan darahnya mengering disana, menyebabkan lubang telingaku terhalang oleh mengeringanya darah akibat lecetan tersebut, mungkin aku terlalu sering menekankan cutton buds ke kulit telinga dalam saat membersihkan telinga.
Saat pemeriksaan selesai, aku mulai beranjak untuk pergi. Tapi sekilas perawat itu menatapkan dengan tatapan meremehkan. Itulah raut muka dan tatapan matanya yang kubaca saat memandangku. Itu memang bisa biasanya jika aku lihat jika orang lain melihatku. Tapi kali ini berbeda dan lebih menyakitkan karena aku telah dibentak.
Saat itu sudah menjadi pengalaman buruk dan takkan pernah terlupakan bagiku. Bahwa tidak semua orang punya sopan santun, apalagi sopan santun itu tidak diberlakukan kepada dibawah tingkatan dirinya, ia hanya memberlakukan sopan santun itu kepada orang yang setingkat atau diatas tingkatnya saja. Orang-orang seperti itu hanya pandang bulu memberikan sesuatu pada orang lait, terutam perhatian.
Dan saat itu, aku makin tidak suka saat orang membentakku tanpa ada alasan relavan. Dan sampai saat ini pula aaaku masih mencoba berpikir realitis dan menerima bahwa tindakan membentak itu suatu yang wajar karna orang tersebut sedang dalam keadaan mood yang buruk. Semua orang pasti pernah dalam keadaan sedang mood yang buruk itu, tapi cara melampiaskannya sedikit berbeda. Mungkin hanya aku saja yang lebih sensitif dengan suatu yang menyangkut kekuranganku ini.
.