[Buku "Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas"] Buku adalah Obat untuk Si Pesimis
Jika aku membahas tentang buku yang aku baca dan aku sukai memang tidak akan pernah habis untuk dijelaskan disini. Membaca adalah hobiku, membaca adalah penolongku. Sebagai seorang tuna rungu membaca adalah hal yang penting dimana aku memiliki kelebihan berupa pengelihatan disela-sela kekuranganku dalam mendengar. Inilah yang membuat aku senang membaca sesuatu hal baik buku bahkan sampai ekspresi wajah seseorang pun aku selalu baca saat berinteraksi denganku, ini karena aku sadar diriku tidak bisa mendengarkan dengan baik meskipun aku memakai alat bantu dengar. Tapi itu tidak akan terasa klop jika aku tidak melihatnya maupun membacanya, meskipun dapat mendengarnya.
Berbicara tentang buku, banyak buku yang aku sukai untuk dibaca. Memang kebanyakan aku lebih menyukai buku jenis novel. Dan tentu saja banyak buku novel yang menjadi buku favoritku. Tapi jika aku membahas buku favorit, disini aku tidak akan bilang buku berjenis novel. Buku favorit sesuai definisiku yang sebenarnya adalah buku berkualitas bagus yang isinya dapat membangkitkan kepercayaan diriku dan banyak makna yang bisa aku ambil dari buku itu setelah membacanya. Jadi buku favorit yang aku maksud disini adalah buku berjenis self improvement, dan buku itu jatuh kepada buku yang berjudul "Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas".
Quote favoritku pada buku ini adalah yang tertera pada gambar diatas. Itu membuat aku menjadikan hidupku ini untuk terus bersabar. Ibaratkan seperti pelangi yang ada setelah hujan. Dimana pasti akan ada hal yang indah setelah melewati hal yang buruk dalam hidup ini. Bahkan semua yang telah aku lalui dulu sampai sekarang pasti akan ada saat indah itu akan kunikmati layaknya menikmati melihat keindahan pelangi di langit sehabis hujan.
Buku ini berisi tentang perjalan hidup seorang perempuan tuna rungu yang banyak diwarnai kisah-kisah naik dan turunnya perjalanan hidupn sebagai seorang perempuan tuna rungu. Dan perempuan tuna rungu itu adalah penulis buku itu sendiri yang bernama Angkie Yudistia. Siapa yang tidak mengetahui Angkie Yudistia?
Mantan runner-up Abang None Jakarta ini sekaligus CEO dari Thisabel Interprise ini merupakan seorang yang memiliki keterbatasan dalam pendengaran. Mencapai kesuksesannya yang sekarang ini tentu tidak semudah yang dibayangkan dan dilalui seperti orang normal pada umumnya. Kejadian di masa lalu banyak membentuk seorang Angkie Yudistia bisa menjadi seorang disabilitas yang sukses sekarang.
Buku ini merupakan buku yang sudah lama terbit, tepatnya pada tahun 2011 dan diterbitkan oleh Upnormal Publishing. Buku ini merupakan buku pertama yang ditulis kak Angkie.
Jujur, aku menyesesal baru kenal sosok kak Angkie pada tahun 2015. Dimana tahun itu aku di vonis tuli, dan karena vonis itu aku ngerasa minder dan mencari-cari motivasi-motivasi di google. Bahkan aku mencari orang senasib tuli sepertiku. Hingga aku melihat nama kak Angkie, lalu aku mengkliknya hingga aku terkejut aku nemuin orang tuna rungu tetapi sukses. Dari sanalah aku aku kenal sosok kak Angkie, dan aku sebenarnya dari dulu mengharapkan buku yang kak Angkie tulis ini yang berjudul "Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas". Karena aku enggak menemukan buku kak Angkie di toko buku manapun, sempat sedih. Hingga pada tahun 2017 kemarin aku liat di Instagram kak Angkie yang buka PO kembali untuk buku-bukunya. Dan tetntunya aku enggak menyia-nyiakan kesempatan ini. Karena penantianku selama kurang lebih 3 tahun ngarep punya buku ini akhirnya terwujud. Tidak peduli jika buku ini merupakan buku terbitan lama. Intinya sampai sekarang aku masih senang punya buku ini.
Dalam buku ini mengajarkan aku untuk menjadi seorang perempuan tuna rungu itu seharusnya harus bisa tahan banting seperti seorang Angkie Yudistia ini jika mau menjadi orang sukses meskipun memiliki keterbatasan.
Dalam buku ini aku dibuat yang awalnya menangis karena aku merasakan apa yang kak Angkie tulis pada awal bukunya yang menggambarkan kehidupan awalnya sebagai tuna rungu yang bernasib sangat sama denganku. Hingga aku juga dibuat semangat berapi-api karena di pertengahan sampai akhir bukunya aku banyak menemukan motivasi-motivasi berupa nasehat yang telah kak Angkie tulis dalam bukunya.
Ada banyak kisah kehidupan yang dilalui kak Angkie disini dan tidak lupa ia menyelipkan makna berupa pesan-pesan khas kak Angkie banget. Dari sekian kisah yang telah dilewatinya, tentu aku pribadi merasa ada kemiripan kisah yang aku lalui juga seperti kak Angkie, tepatnya pada awal kak Angkie menjadi remaja.
"DISKRIMINASI"
Itulah kemiripan kisahku dengan kisah yang kak Angkie tulis dibukunya ini. Tapi mungkin engga aku aja ataupun kak Angkie yang mengalami kisah pahitnya diskriminasi, mungkin teman-teman disabilitas maupun teman-teman normal lainnya juga pernah didiskriminasi.
Dan kisah yang menarik di tulis kak Angkie pada buku ini bahwa ia pernah di tolak oleh 20 lebih perusahaan saat melamar pekerjaan hanya dikarenakan memiliki kelemahan dalam berkomunikasi khusunya mendengar hanya karena pula kak Angkie ini tuna rungu. Ini yang membuatku habis pikir sampai sekarang, padahal ada UU yang mengatur tentang ketenagakerjaan bagi penyandang cacat. Yaitu pada:
- UU No. 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
- UU No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
- Surat Edaran Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No.: 01.KP.01.15.2002 tentang Penempatan Tenaga Kerja Penyandang Cacat di Perusahaan
Setidaknya dosenku pernah membahas tentang ketenagakerjaan penyandang disabilitas pada matkul Manajemen SDM. Dosenku mengatakan bahwa, baginya tidak penting penampilan fisik seorang karyawan maupun calon karyawan itu. Yang terpenting adalah otaknya dan kinerjanya. Tidak peduli apa kelemahannya, yang penting kelebihannya masih bisa disalurkan untuk perusahaan. Dan, jika ada hal diskriminatif paling itu hanya di temukan di Indonesia. Dan kata dosenku itu menurutku benar sekali, karna hanya di Indonesia saja yang seperti ini tanpa mau susah payah mengingat UUnya kembali, karena di luar negeri terutama di negara maju hal seperti ini sudah pasti ditindak tegas pada perusahaan sebelum ke jalur hukum.
Dari pengalaman kak Angkie itu, terbesit pula rasa takut pada diriku di masa depan lagi. Apakah aku akan bernasib seperti kak Angkie yang ditolak menerus saat melamar pekerjaan? Adakah orang yang mau memperkerjakan aku tanpa diskiriminasi? Ini merupakan pemikiran negatif diriku, aku mungkin bisa dibilang pesimis. Tapi saat menyelesaikan membaca buku ini, bukan pesimis lagi yang aku rasakan setelah membacanya. Justru OPTIMIS lah yang aku rasakan.
Jika kak Angkie bisa melalui semua kesulitan dalam hidupnya selama ini, kenapa aku engga? Aku malah termotivasi menjadi perempuan tuna rungu yang bisa menembus batas kelak seperti kak Angkie. Menembus batas yang selama ini menjadi penghalangku seperti tidak percaya diri, minder, stress, bahkan penyakit depresiku ini. Aku berharap mampu merealisasikan mimpi besarku yang sudah aku rancang selama ini. Tentu saja sesuai dengan passionku.
Buku ini adalah obatku. Obat dari penyakit pesimisku. Meskipun sudah berkali-kali membaca secara berulang-ulang justru disini kembali menjadi pribadi yang optimis kembali. Ketika banyak tekanan dan aku tidak kuat lagi menahannya, maka lewat membaca buku inilah aku keluarkan semua emosiku selain membaca buku novel-novel untuk pengalihan hidup sementara.
Aku beri nilai 4,7/5 untuk buku ini. Dari segi cover aku suka banget, elegant dengan warna depan hitam dan belakang biru. Juga terdapat gambar close-up wajah kak Angkie yang cantik dan itu bikin aku semangat kembali jika menyangkut sosok kak Angkie yang enggak pernah menyerah.
Maaf muka ku yang engga secantik muka yang di cover buku nya :"), tapi aku hanya ingin selfie bareng sosok kak Angkie, meskipun cuma sama bukunya hihi.
Dan isi bukunya, dari desainnya sukakkkk banget! terlihat menipu di luar karena warna yang mendukung yaitu gelap. Padahal dalamnya warna-warni ceria gitu, ada gambar-gambar ilustrasi gitu lagi. Tapi yang engga aku suka tuh, kenapa bukunya tipis banget? kurang banyak pula part nya, biar puas lah aku bacanya, eh biar makin termotivasi maksudnya hehe. By the way, aku dengar-dengar kak Angkie sekarang lagi nulis buku baru lagi ya? Semoga sukses dan semoga tambah bagus ya kak bukunya. Dan semoga para pembaca juga makin bertambah termotivasi habis bacanya.
Buku "Perempuan Tuna Rungu Menembus Batas" tidak hanya didedikasi untuk kaum tuna rungu saja, tetapi juga untuk orang-orang normal lainnya untuk lebih bisa menghargai kaum disabilitas lainnya selain tuna rungu. Jadi rekomendasi sekali untu di baca tanpa ada batas kalangan. Karena kadang perlu belajar memahami dunia orang lain jika ingin dipahami balik.