2.1
Kepemimpinan
Kepemimpinan
adalah bagian penting manajemen, tetapi tidak sama dengan manajemen.
Kepemimpinana merupakan kemampuan yang di punyai seseorang untuk mempengaruhi
orang-orang lain agar bekerja mencapai tujuan dan sasara. Manajemen mencakup
kepemimpinan,tapi juga mencakup fungsi- fungsi lain seperti perencanaan,
pengorganisasian dan penggawasan.
A. Fungsi
dan Gaya Kepemimpinan
·
Fungsi-Fungsi Kepemimpinan
Pendekatan
prilaku membahas orientasi atu identifikasi pemimpin . Aspek pertama pendekatan
prilaku kepemimpinan menekankan pada fungsi-fungsi yang di lakukan pemimpin
dalam kelompoknya . Agar kelompok berjalan berjalan dengan efektif, seseorang
harus melaksanakan dua fungsi utama :
1) Fungsi-fungsi
yang berhubungan dengan tugas “task-related” atau pemecahan masalah
2)
Fungsi – fungsi pemeliharan kelompok
“group-maintenace” atau social
Fungsi pertama menyangkut pemberian
saran penyelesaian , informasi dan pendapat . Fungsi kedua mencangkup segala
sesuatu yang dapat membantu kelompok berjalan lebih lancar – persetujuan dengan
kelompok lain, penengahan perbedaan pedapat , dan sebagainya.
·
Gaya – Gaya Kepemimpinan
Pandangan
kedua tentang perilaku kepemimpinan memusatkan pada gaya pemimpin dalam
hubungannya dengan bawahan. Para peneliti telah mengidentifikasi dua gaya
kepemimpinan, yaitu:
-
Gaya dengan orientasi tugas
“task-oriented”
-
Gaya dengan orientasi karyawan
“employee-oriented”
Manajer
berorientasi tugas mengarahkan dan mengawasi bawahan secara tertutup untuk
menjamin bahwa tugas dilaksanakan sesuai yang diinginkan. Manajer dengan gaya
kepemimpinan ini lebih memperhatikan pelaksanaan pekerjaan dari pada pengembangan
dan pertumbuhan karyawan, Manajer berorientasi karyawan mencoba untuk lebih
memotivasi bawahan di banding mengawasi mereka. Mereka mendorong para anggota
kelompok untuk melaksanakan tugas-tugas dengan memberina kesempatan bawahan
untuk berpartisipasi dalam pembuatan keputusan , menciptakan suasa persahabatan
serta hubungan – hubungan saling mempercayai dan menghormati dengan para
anggota kelompok.
B.Pendekatan
Sifat-sifat Kepemimpinan
Kelompok
pertama yang bermaksud menjelaskan tentang aspek kepemimpinan yaitu para
teoritis kesifatan. Bahwa pemimpin mempunyai sifat dan ciri tertentu.Untuk
mengenali karakteristik atau ciri pribadi dari para pemimpin, para psikolog
mengadakan penelitian. Mereka berpandangan bahwa pemimpin ini dilahirkan bukan
dibuat. Secara alamiah bahwa orang yang mempunyai sifat kepemimpinan adalah
orang yang lebih agresif, lebih tegas, dan lebih pandai berbicara dengan orang
lain serta lebih mampu dan cepat mengambil keputusan yang akurat. Pandangan ini
mempunyai implikasi bahwa jika ciri kepemimpinan dapat dikenali. Maka organisasi
akan jauh lebih canggih dalam memilih pemimpin. Hanya orang-orang yang memiliki
ciri-ciri kepemimpinan sajalah yang akan menjadi manajer, pejabat dan kedudukan
lainnya yang tinggi.
Ukuran
dalam pencarian ciri kepemimpinan menggunakan dua pendekatan, yaitu :
1.Membandingkan bawahan
dengan pemimpin.
2. Membandingkan ciri pemimpin yang efektif dengan yang tidak efektif.
Dari
berbagai studi perbandingan dalam mengungkap suatu ciri secara jelas dan
konsisten antara pemimpin dengan bawahan. diungkap bahwa seorang pemimpin lebih
cemerlang, lebih agresif, lebih terbuka, dan lebih percaya diri dari pada yang
lain. Namun banyak orang bahkan sampai jutaan jumlahnya memiliki sifat-sifat
tersebut tapi tidak pernah mencapai posisi kepemimpinan. Sehingga para peneliti
beranggapan bahwa seorang pemimpin dilahirkan bukan dibuat artinya seseorang
yang dilahirkan membawa atau tidak membawa sifat-sifat yang diperlukan seorang
pemimpin.
Untuk
selanjutnya membandingkan pemimpin yang efektif bukan tergantung pada ciri
tertentu, tapi pada seberapa baik ciri pemimpin cocok dengan kebutuhan situasi
yang sedang dihadapinya. Kecerdasan, inisiatif dan keyakinan diri merupakan
tingkat dan prestasi manajerial yang tinggi disamping terletak pada kemampuan
pengawasan manajerial dan penggunaan metode supervisi yang tepat untuk situasi
tertentu.
2.2 Komunikasi dan Negosiasi
Dalam Organisasi
Komunikasi
adalah proses pemindahan pengertian dalam
bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke orang lain. Perpindahan
pengertian tersebut melibatkan lebih dari sekedar kata-kata yang digunakan
dalam percakapan, tetapi juga ekspresi wajah, intonasi titik putus wajah dan
sebagainya. Dan perpindahan yang efektif memerlukan
tidak hanya trans misi data, tetapi bahwa seseorang mengirimkan berita dan
menerimanya tergantung pada ketrampilan-ketrampilan tertetu (membaca, menulis,
mendengarkan, berbicara dan lain-lain) untuk membuat sukses pertukaran
informasi.
A. Pentingnya
Komunikasi Efektif
Sebuah
perusahaan terdiri dari banyak orang dengan berbagai latar belakang sosial dan
profesional berbeda yang bekerja untuk tujuan yang sama. Pentingnya komunikasi
di tempat kerja memang tidak dapat disangkal. Manajer kerap kali tidak
menyadari pentingnya komunikasi di tempat kerja dan tidak menyampaikan ide, tujuan,
dan visi perusahaan dengan jelas. Ketika para senior tidak dapat menciptakan
lingkungan yang terbuka dan kurang mampu berkomunikasi dengan jelas, maka hal
ini memberikan dampak negatif pada budaya kerja dan produktivitas karyawan.Saat
minimnya proses berbagi informasi antara dua atau lebih individu di dalam suatu
perusahaan, maka pemborosan sumber daya akan sering terjadi. Untuk menghindari
hal tersebut, komunikasi yang efektif di tempat kerja harus didorong demi
keberhasilan perusahaan secara menyeluruh. Saran yang konstruktif dan
komunikasi sangat diperlukan untuk memberikan kemajuan dan meningkatkan
kualitas karyawan. Komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau
berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami.
Berikut adalah peran komunikasi dalam suatu organisasi di tempat kerja:
1. Meningkatkan
produktivitas
Komunikasi yang efektif di tempat kerja hal yang paling
penting bagi keberhasilan sebuah perusahaan. Setiap perusahaan memiliki
seperangkat tujuan yang jelas.
2. Menyelesaikan
konflik
Jika sebuah perusahaan mnghadapi masalah, krisis dan konflik akibat
antara karyawan menyebabkan penundaan ekerjaan sehari-hari. Hal ini menyebabkan
pemborosan sumber daya dan menurunkan produktivitas kerja secara keseluruhan.
Komunikasi yang terbuka di tempat kerja dapat mencegah dan menyelesaikan
konflik. Misalnya jika dua karyawan memiliki ketidak setujuan atas beberapa
masalah, maka konflik tersebut diselesaikan melalui diskusi bersama.
3. Mengembangkan kualitas
karyawan
Lingkungan kerja yang ramah, memberikan kesempatan dan dorongan pada
karyawan untuk mengungkapkan ide-ide, memberikan umpan balik, memotivasi
karyawan untuk bekerja lebih baik, memberikan penghargaan merupakan beberapa
contoh komunikasi efektif yang dapat memberikan kepuasan kerja dan peningkatan
kualitas karyawan.
4. Membentuk hubungan
profesional dan lingkungan yang kondusif
Karyawan dan manajer dalam suatu perusahaan harus berkomunikasi secara
jelas, terbuka, dan jujur. Manajer harus membangun hubungan kerja yang
menyenangkan sehingga karyawan tidak ragu untuk menyelesaikan pekerjaan dan
membentuk hubungan yang baik. Hal ini membuat karyawan merasa peduli dan
dihargai serta memberikan dorongan loyalitas terhadap perusahaan.
Pentingnya komunikasi di tempat kerja dapat diringkas dan disimpulkan
menjadi dua kata, yaitu kepuasan kerja. Jika karyawan puas bekerja dalam suatu
perusahaan, fakta bahwa masa depan perusahaan benar-benar terjamin tidak akan
mampu disanggah.
B.Proses
Komunikasi
1.Model
komunikasi antar pribadi:
Model
proses komunikasi sederhana adalah sebagai Berikut:

PENGIRIM BERITA PENERIMA
Model
ini menunjukan 3 unsur esensi komunikasi. Bila salah satu unsur hilang,
komunikasi tidak dapat berlangsung. Sebagai contoh, seseorang dapat mengirimkan
berita, tetapi bila tidak ada yang menerima atau mendengar, komunikasi tidak
terjadi.
Meskipun
modelnya sederhana, proses komunikasi adalah kompleks. Sebagai satu gambaran
kompleknya proses komunikasi adalah “telepon”, dimana pengirim menyampaikan
suatu berita , tetapi penerima mungkin mendengar atau menerima berita bukan
yang di maksud pengirim.
Model
proses komunikasi yang lebih terperinci, degan unsur-unsur penting yang
terlibat dalam komunikasi antara dan diantara para anggota organisasi:
a) Sumber
mempunyai gagasan, pemekirian atau pesan
b) Yang
di terjemahkan atau di sandikan dalam kata-kata dan simbol-simbol
c) Kemudain
di sampaikan atau di kirimkan sebagai berita kepada penerima
d) Penerima
menangkap simbol-simbol
e) Kemudian
diterjemahkan kembali atau di artikan kembali menjadi suatu gagasan
f) Mengirim
berbagai bentuk sebagai bentuk umpan balik kepada pengirim
Sumber
(source) atau pengirim berita memainkan langkah pertama dalam proses
komunikasi. Sumber mengendalikan macam berita yang dikirim, susunan yang digunakan, dan serang saluran melalui mana
berita dikirim .
Jika salah
satu elemen komunikasi tidak ada maka komunikasi tidak akan berjalan. Ada
komponen-komponen dalam komunikasi antara lain :
a)
Pengirim(Sender=Sumber) adalah
seseorang yang mempunyai kebutuhan atau informasi serta mempunyai kepentingan mengkomunikasikan kepada orang lain.
b)
Pengkodean (Encoding) adalah
pengirim mengkodean informasi yang akan disampaikan ke dalam symbol atau
isyarat.
c)
Pesan (Massage) adalah pesan dapat dalam
segala bentuk biasanya dapat dirasakan atau dimengerti satu atau lebih dari
indra penerima.
d)
Saluran (Chanel) adalah cara
mentrasmisikan pesan, misal kertas untuk surat, udara untuk kata-kata yang
diucapkan.
e)
Penerima (Recaiver) adalah orang
yang menafsirkan pesan penerima, jika pesan tidak disampaikan kepada penerima
maka komunikasi tidak akan terjadi.
f)
Penafsiran Kode (Decoding) adalah
proses dimana penerima menafsirkan pesan dan menterjemahkan menjadi informasi
yang berarti baginya. Jika semakin tepat penafsiran penerima terhadap pesan
yang dimaksudkan oleh penerima, Maka semakin efektif komunikasi yang terjadi.
g)
Umpan balik (Feedback) adalah
pembalikan dari proses komunikasi dimana reaksi kominikasi pengirim dinyatakan.
C. Hambatan
Terhadap Komunikasi Efektif
Dalam Organisasi
Komunikasi
adalah vital , tetapi komunikasi sering tidak efektif dengan adanya
kekuatan-kekuatan dari luar yang menghambatnya . Berikut ini akan di bahas
hambatan-hambatan terhadap komunikasi yang efektif tersebut, dengan dikelompokkan
sebagai berikut:
1) Hambatan-hambatan
organisasional
2) Hambatan
- hambatan antarpribadi
1. Hambatan –hambatan
organisasional
Ada
tiga hambatan organisasional
a.Tingkat hirarki
Bila
suatu organisai tumbuh , strukturnya berkembang , akan menimbulkan berbagai
masalah komunikasi . Karena berita harus melalui tingkatan (jenjang) tambahan ,
yang memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai tempat tujuan dan cendrung
menjadi berkurang ketepatannya .
Berita
yang mengalir keatas
atau ke bawah tingkatan-tingkatan organisasi akan melalui beberapa “filter”,
dengan presepsi, motif, kebutuhan dan hubunganya sendiri. Setiap tingkatan dalam rantai komunikasi dapat menambah,
mengurangi, mengubah atau sama sekali berbeda dengan berita aslinya.
b. Wewenang manjerial
Tanpa
wewenang untuk membuat keputusan tidak mungkin manajer dapat mencapai tujuan
dengan efektif. Tetapi di lain pihak, pada kenyataannya bahwa seseorang yang
mengendalikan orang lain juga menimbulkan hambatan – hambatan terhadap
komunikasi. Banyak atasan merasa bahwa mereka tidak dapat sepenuhnya menerima
berbagai masalah, kondisi, atau hasil yang dapat membuat mereka tampak lemah.
Sebaliknya, banyak bawahan mengindari
situasi dimana mereka harus mengungkapkan informasi yang dapat membuat mereka dalam kedudukan
yang tidak menguntungkan. Sebagai hasilnya ada kesenjangan “leveling” antara atasan dan bawahan.
c. Spesialisasi
Spesialisasi
adalah prinsip dasar organisasi, tetapi juga menciptakan masalah – masalah komunikasi,
di mana hal ini cenderung memisahkan orang – orang, bahkan bila mereka bekerja
saling berdekatan.
2. Hambatan – hambatan antar
pribadi
Manajer
masih akan menghadapi kemungkinan bahwa berita – berita yang mereka kirim akan
berubah atau menyimpang, bahkan bila hambatan – hambatan komunikasi
organisasional tidak ada. Banyak kesalahan komunikasi disebabkan bukan oleh
faktor – faktor organisasi, tetapi oleh masalah – masalah
ketidaksempurnaan manusia dan bahasa.
Manajer perlu memperhatikan hambatan – hambatan antarpribadi seperti:
a. Persepsi Selektif
Persepsi
adalah suatu proses yang menyeluruh dengan mana seseorang menyeleksi,
mengorganisasikan, dan mengartikan segala sesuatu di lingkungannya. Segera
setelah seseorang menerima sesuatu, akan mengorganisasikan menjadi berbagai
tipe informasi yang berarti. Dalam hal ini pengalaman mengajarkan seseorang
dengan reaksi tertentu, bila seseorang mendengar suara kereta api, maka dia
mengharapkan akan melihat kereta api. Seorang karyawan menjadi “defensif”
secara otomatis bila dipanggil atasannya. Dengan kata lain, pengharapan yang
mengarahkan seseorang untuk melihat atau mendengar kejadian, orang, objek atau
situasi adalah sesuatu yang dia ingin lihat atau dengar. Hal ini disebut
persepsi selektif.
b. Status atau Kedudukan Komunikator
Status
komunikator. Hambatan utama komunikasi lainya adalah kecenderungan untuk
menilai, mempertimbngkam dan membentuk pendapat atas dasar
karakteristik-karakteristik pengirim (sumber), terutama kredibilitasnya.
Kredibilitas didasarkan “keahlian” seseorang dalam bidang yang sedang
dikomunikasikan dan tingkat kepercayaan seseorang bahwa orang tersebut akan
mengkomunikasikan kebenaran.
c. Keadaan Membela Diri
Keadaan
membela diri. Perasaan membela diri pada pengirim, penerima berita atau
keduanya juga menimbulkan hambatan-hambatan komunikasi. Keadaan membela diri
seseorang mengakibatkan ekspresi wajah, gerak tubuh, dan pembicaraan tertentu,
dan sebaliknya meningkatkan tingkat pembelaan di pihak lain. Jadi, akan timbul
reaksi ratai defensive. Keadaan ini membuat pendengar lebih berkonsentrasi pada
apa yang dikatakan dan bukan pada apa yang sedang dingar.
D. Negosiasi
Untuk Mengatasi Konflik
Negosiasi
merupakan proses penetapan keputusan secara bersama dimana pihak- pihak yang
terlibat memiliki preferensi yang berbeda. suatu cara untuk menetapkan
keputusan yang dapat disepakati dan diterima oleh dua pihak dan menyetujui apa
dan bagaimana tindakan yang akan dilakukan di masa mendatang. Karakteristik
utama negosiasi:
-
senantiasa melibatkan
orang – baik sebagai individual, perwakilan organisasi atau perusahaan, sendiri
atau dalam kelompok;
-
memiliki ancaman
terjadinya atau di dalamnya mengandung konflik yang terjadi mulai dari awal
sampai terjadi kesepakatan dalam akhir negosiasi;
-
menggunakan cara-cara
pertukaran sesuatu –baik berupa tawar menawar (bargain) maupun tukar menukar
(barter);
-
hampir selalu berbentuk
tatap-muka –yang menggunakan bahasa lisan, gerak tubuh maupun ekspresi wajah;
-
negosiasi biasanya
menyangkut hal-hal di masa depan atau sesuatu yang belum terjadi dan kita
inginkan terjadi;
-
ujung dari negosiasi
adalah adanya kesepakatan yang diambil oleh kedua belah pihak, meskipun kesepakatan
itu misalnya kedua belah pihak sepakat untuk tidak sepakat
Dalam
konteks organisasi, negosiasi dapat terjadi:
Antara
dua orang misal: pada saat manajer dan bawahannya memutuskan tanggal
penyelesaian proyek yang harus diselesaikan oleh bawahan. Di dalam kelompok
misal: untuk mengambil keputusan kelompok atas suatu kasus. Antar kelompok
Misal: bagian pembelian dengan pemasok dalam kesepakatan harga, kualitas atau
tanggal penyerahan barang.
Tujuan
Negosiasi Tujuan
Negosiasi:
-Tujuan agresif :berusaha memperoleh keuntungan dari kerugian
(damage) pihak lawan.
-Tujuan kompetitif:
berusaha memperoleh sesuatu yang lebih (getting more) dari pihak lawan.
-Tujuan kooperatif:
berusaha memperoleh kesepakatan yang saling menguntungkan (mutual gain)
2.3 Kasus
Didalam
hubungan komunikasi di suatu lingkungan kerja pada Restoran Cozy Chic
antara individu akan sering terjadi. Permasalahan yang
sering terjadi biasanya adalah karena masalah kominikasi yang kurang
baik. Sehingga cara mengatasi masalah dalam Restoran Cozy Chic
benar-benar harus dipahami management inti dari Restoran Cozy Chic , untuk
meminimalisir dampak yang timbul. Permasalahan atau konflik yang
terjadi antara karyawan atau karyawan dengan atasan yang terjadi
karena masalah komunikasi harus di antisipasi dengan baik dan dengan
system yang terstruktur. Karena jika masalah komunikasi antara atasan
dan bawahan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, misalnya mogok kerja, bahkan demo.
Sehingga
untuk mensiasati masalah ini Restoran Cozy Chic biasa melakukan
dengan berbagai cara, yaitu:
1.
Membentuk suatu system informasi yang terstruktur, agar tidak terjadi
kesalahan dalam komunikasi. Misalnya, dengan membuat papan
pengumuman.
2.
Membuatuat komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan menjadi lancar
dan harmonis, misalnya dengan membuat rapat rutin, karena dengan
komunikasi yang dua arah dan intens akan mengurangi masalah di restoran.
3.
Memberi pelatihan dalam hal komunikasi kepada atasan dan karyawan,
pelatihan akan memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap
individu dalam organisasi dan meminimalkan masalah dalam hal komunikasi.
Biasanya masalah timbul karena lingkungan yang kurang kondusif di Restoran Cozy Chic.
Misalnya, kondisi cahaya yang kurang, atau sirkulasi yang kurang baik, dan
temperature ruangan yang tinggi sangat mungkin untuk
meningkatkan emosi seseorang, jadi kondisi dari lingkungan juga harus
di perhatikan. Karna selain akan memepengaruhi karyawan, ini juga bisa
mempengaruhi pengunjung atau pelanggan yang ingin makan di Restoran Cozy Chic.
Adapun
masalah internal lainnya seperti Adanya perubahan kebijakan dalam Restoran Cozy Chic mengenai
penghitungan gaji atau upah kerja karyawan, maka pihak Restoran Cozy Chic seperti
General Manager akan memberitahukan para karyawan terlebih dahulu,
sehingga karyawan merasa diperlakukan semena-mena oleh pihak
perusahaan. Atau misalnya pihak karyawan tidak menerima keputusan dari para
atasan, maka atasan akan melakukan negosasi dengan karyawan agar menghasilkan
keputasan yang sama-sama adil dari masing-masing pihak.
Bila
bahwa para karyawan masih merasa tidak senang dengan pengambilan semua
keputusan yang dibuat General Manager. Maka disini General Manager harus
mengambil tindakan tegas. Dengan cara General Manager harus menggunakan gaya
kepemimpinan otoriter (gaya kepemimpinan menurut Kurt Lewin), yaitu gaya
pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari
dirinya sendiri secara penuh. Pada gaya kepemimpinan otoriter ini, pemimpin
mengendalikan semua aspek kegiatan. Pemimpin memberitahukan sasaran apa saja
yang ingin dicapai dan cara untuk mencapai sasaran tersebut, baik itu sasaran
utama maupun sasaran minornya.
(diaskes pada tanggal 13 November 2017)
2. Mukhyi, Mohammad
Abdul & Iman Hadi Saputro. 1995. Manajemen Umum,
Seri Diktat Kuliah, Edisi 1
Cetakan Kedua. Penerbit Gundadarma. Jakarta.
3. Robbins, Stephen
P & Mary Coulter. 1999. Manajemen, Edisi 10 Jilid 2, Edisi
Bahasa Indonesia. PT. Prenhallindo. Jakarta,PT.
4. T. Hani Handoko. 2001. Manajemen, Edisi 2. BPFE. Yogyakarta.